JAWA BARAT | adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota
Bandung. Perkembangan
Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama
dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat
dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa
Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di
Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan
berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini
terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan aspek historis
wilayah ini.[4][5] Namun hal ini mendapatkan penentangan
dari wilayah Jawa Barat lainnya seperti Cirebon dimana tokoh masyarakat asal
Cirebon menyatakan bahwa jika nama Jawa Barat diganti dengan nama Pasundan
seperti yang berusaha digulirkan oleh Bapak Soeria Kartalegawa tahun 1947 di
Bandung maka Cirebon akan segera memisahkan diri dari Jawa Barat[6], karena nama "Pasundan"
berarti (Tanah Sunda) dinilai tidak merepresentasikan keberagaman Jawa Barat
yang sejak dahulu telah dihuni juga oleh Suku Betawi dan Suku Cirebon serta
telah dikuatkan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5
Tahun 2003 yang mengakui adanya tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Betawi
yang berbahasaMelayu dialek Betawi, Suku Sunda yang berbahasa Sunda dan Suku Cirebon yang berbahasa Bahasa
Cirebon (dengan keberagaman dialeknya)
SEJARAH
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya
budaya logam perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah
liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer
sampai Cirebon.
Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.[rujukan?] Prasasti
peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada
tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa
India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja
Tarumanagara.
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di
bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda
Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda
adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan sunda
beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh
menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak
menjadi Kota Cirebon) lepas dari
Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh
menjadi Kesultanan
Cirebon yang
memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan
Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.
Untuk menghadapi ancaman ini, Sri
Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan
keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk
mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa, kepada
Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu
Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan
Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam
tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng
dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk
merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522
didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di tepi Ci Liwung.
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan
dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada
tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau
Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara
Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai
akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa
dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan
Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar
dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak
dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya
jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten,
wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan
Mataram.
Jawa Barat sebagai pengertian administratif
mulai digunakan pada tahun 1925 ketika
Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat.
Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaanBestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas
kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai
istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan
Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasaSunda sebagai
bahasa ibu.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung
menjadi bagian dari Republik
Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat
menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai
hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia,
Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini
disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai
perwakilan PBB.
Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik
Indonesia pada tahun
1950.
PEREKONOMIAN
Jawa Barat selama lebih dari
tiga dekade telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Saat ini
peningkatan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur
dan jasa. Disamping perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur
terhitung terbesar dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir
tigaperempat dari industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar
Jawa Barat.PDRB Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$
27.26 Billion) menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi
bagi sebuah Provinsi. Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang besar, PDB
per kapita Jawa Barat adalah Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas,
ini menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91
persen termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan.
(US$1 = Rp. 8.500,-).
GEOGRAFI
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya
berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di
barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran
rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian
pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik
tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada
di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai
yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang
bermuara di Laut Jawa.
PENDUDUK
Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur
menggunakan Bahasa Sunda. Di Kabupaten Cirebon, Kota CirebondanKabupaten
Kuningan dituturkan
bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip
dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan dengan DKI
Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya dan Babelan (Kabupaten Bekasi) dan Kota Depok bagian utara dituturkan Bahasa Melayu dialek Betawi.
Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas;
masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABODETABEK (sekitar
Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa.Pada
tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata
kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan
nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah,
dengan 2,02% per tahun.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai
dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali
menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya,
terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan
ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun Bebasan.
Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti
majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan
oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
IKLIM
Iklim di Jawa Barat adalah
tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di
Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa
daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
TOPOGRAFI
Ciri utama daratan Jawa
Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif)
yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau
Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan
dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng
bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di
utara ketinggian 0 . 10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.
DEMOGRAFI
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat adalah
sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan
sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut
kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08
persen di Kabupaten Bogor.
Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat
sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692 jiwa. Seks Rasio
adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks rasio menurut
kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalahKabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok
umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan
dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur
65-69 sebesar 96.
Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat
tahun 2010 adalah 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi
Jawa Barat termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan
penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur
20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat adalah
51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64
tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang
menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio
ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di daerah perdesaan
55,92.
MANUFAKTUR
Provinsi Jawa Barat memiliki
tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk diantaranya
elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri
pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi
andalan Jawa Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor
manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya
sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat
dari industri tekstil modern dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain
yang menjadi pusat dari industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan
hampir seperempat dari nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non
Migas. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang
lainnya adalah besi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen
pesawat dan lainnya.
PERTANIAN:
LAHAN DAN PERAIRAN
Dikenal sebagai salah satu
'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer
persegi dialokasikan untuk produksi beras. Tidak dipungkiri lagi, Jawa Barat
merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia, hasil pertanian Provinsi
Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.Hasil
tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan
dan sayuran, disamping itu juga terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak
sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000
ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.
KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
SUMBER DAYA MANUSIA: JUMLAH PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%)
MINYAK-MINERAL DAN GEOTHERMAL
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT. Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram emas per ton.
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
BAHASA SUNDA
Bahasa Sunda (Basa Sunda, dalam aksara Sunda Baku ditulis ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ) adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 38 juta orang dan merupakan bahasa Ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesiasetelah Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten, melebar hingga wilayah barat Jawa Tengah mulai dari Kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayah Kabupaten Brebes dan Kali Serayu (Sungai Ciserayu) di Kabupaten Cilacap, di sebagian kawasanJakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa
VARIASI DALAM BAHASA SUNDA
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda[2]
. Dialek-dialek ini adalah:
UNDUK- USUK
Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.
Bahasa Sunda Banten
adalah bahasa Sunda yang digunakan sebagian masyarakat di Banten, serta yang berada di daerah Priangan seperti Garut, Tasikmalaya, Bandung, dan lain sebagainya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, dikarenakan wilayah Banten tidak pernah berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna, namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), bahasa Sunda Banten di Rangkasbitung dan Pandeglang digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Secara prakteknya, bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Banten bagian selatan, yaitu kabupaten Lebak dan kabupaten Pandeglang.
BAHASA CIREBON
PENGEMBANGAN BAHASA BETAWI
KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
SUMBER DAYA MANUSIA: JUMLAH PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%)
MINYAK-MINERAL DAN GEOTHERMAL
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT. Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram emas per ton.
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
BAHASA SUNDA
Bahasa Sunda (Basa Sunda, dalam aksara Sunda Baku ditulis ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ) adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 38 juta orang dan merupakan bahasa Ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesiasetelah Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten, melebar hingga wilayah barat Jawa Tengah mulai dari Kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayah Kabupaten Brebes dan Kali Serayu (Sungai Ciserayu) di Kabupaten Cilacap, di sebagian kawasanJakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa
VARIASI DALAM BAHASA SUNDA
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda[2]
. Dialek-dialek ini adalah:
· Dialek
Barat (Bahasa Banten)
· Dialek
Utara
· Dialek
Selatan (Priangan)
· Dialek
Tengah Timur
· Dialek
Timur Laut (termasuk Bahasa Sunda Cirebon)
· Dialek
Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di
daerah Banten[3] dan Lampung. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara
termasuk Kota Bogor dan sebagian daerah Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang
mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah
dialek di sekitar Kabupaten Majalengka dan
sebagian Kabupaten Indramayu.
Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan juga
sebagian Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal di Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek
sekitar Kabupaten Ciamis juga
Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah.
Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk
bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu
(prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar).
Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan
bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur
berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.
SEJARA DAN
PENYEBARAN
Bahasa Sunda terutama
dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda
(Pasundan). Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di
bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap, dikarenakan wilayah ini dahulunya berada dibawah
kekuasaan Kerajaan Galuh. Banyak
nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa
seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya.
Selain itu menurut beberapa pakar
bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran
Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap
sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan
kata bahasa Sunda Kuna).
Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda, penutur bahasa
ini telah menyebar sampai ke luar pulau Jawa. Misalkan di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara dimana penduduk etnis Sunda dengan
jumlah signifikan menetap di daerah luar Pasundan tersebut.
FONOLOGI
Saat ini Bahasa Sunda ditulis
dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal
netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k,
g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul
dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy
-> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Berikut adalah fonem dari bahasa
Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan. (Silahkan isi sesuai
keinginan).
VOCAL
|
|||
Depan
|
Madya
|
Belakang
|
|
Tertutup
|
I
|
uː
|
|
Tengah
|
e
|
ə
|
o
|
Hampir Terbuka
|
(ɛ)
|
(ɔ)
|
|
Terbuka
|
A
|
Dan di bawah ini
adalah tabel konsonan.
Bibir
|
Gigi
|
Langir2 Keras
|
Langit2 Lunak
|
Celah Suara
|
|
Sangau
|
m
|
n
|
ɲ
|
ŋ
|
|
Letap
|
p b
|
t d
|
c ɟ
|
k g
|
ʔ
|
Desis
|
S
|
h
|
|||
Getar/Sisi
|
I r
|
||||
Hampiran
|
w
|
j
|
SISTEM PENULISAN
Huruf Besar
|
Huruf Kecil
|
Nama
|
Huruf Besar
|
Huruf Kecil
|
Nama
|
A
|
a
|
M
|
m
|
||
B
|
b
|
N
|
n
|
||
C
|
c
|
Ng
|
ng
|
||
D
|
d
|
Ny
|
ny
|
||
E
|
e
|
O
|
o
|
||
É
|
É
|
P
|
p
|
||
Eu
|
eu
|
Q
|
q
|
||
G
|
g
|
R
|
r
|
||
H
|
H
|
S
|
s
|
||
I
|
i
|
T
|
t
|
||
J
|
j
|
U
|
u
|
||
K
|
K
|
W
|
w
|
||
L
|
l
|
Y
|
y
|
AKSARA SUNDA
Ha
|
Na
|
Ca
|
Ra
|
Ka
|
Da
|
Ta
|
Sa
|
Wa
|
La
|
Pa
|
Dha
|
Ja
|
Ya
|
Nya
|
ma
|
Ga
|
Ba
|
Tha
|
Nga
|
UNDUK- USUK
Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Sunda
|
Bahasa Sunda (Sopan/Lemes)
|
di
atas …
|
di
luhur …
|
palih
luhur …
|
di
belakang …
|
di
tukang …
|
palih
pengker …
|
di
bawah …
|
di
handap …
|
palih
hndap …
|
di
dalam …
|
di
jero …
|
palih
lebet …
|
di
luar …
|
di
luar …
|
palih
luar …
|
di
samping …
|
di
sisi …
|
palih
gigir …
|
Di antara
…
|
di antara
…
|
antawis
…
|
Dan
…
|
jeung
…
|
sareng
…
|
WAKTU
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Sunda (Normal)
|
Bahasa Sunda (Sopan Lemes)
|
sebelum
|
saacan, saencan, samemeh
|
sateuacan
|
sesudah
|
saenggeus
|
saparantos
|
ketika
|
basa
|
nalika
|
besok
|
isukan
|
enjing
|
LAIN-LAIN
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Sunda (Normal)
|
Bahasa Sunda (Sopan Lemes)
|
lapar
|
tina
|
tina
|
ada
|
aya
|
nyondong
|
tidak
|
embung
|
alim
|
saya
|
urang
|
abdi/sim kuring/pribados
|
Bahasa Sunda Banten
adalah bahasa Sunda yang digunakan sebagian masyarakat di Banten, serta yang berada di daerah Priangan seperti Garut, Tasikmalaya, Bandung, dan lain sebagainya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, dikarenakan wilayah Banten tidak pernah berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna, namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), bahasa Sunda Banten di Rangkasbitung dan Pandeglang digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Secara prakteknya, bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Banten bagian selatan, yaitu kabupaten Lebak dan kabupaten Pandeglang.
Bilangan
|
Lemes
|
1
|
hiji
|
2
|
dua
|
3
|
tilu
|
4
|
opat
|
5
|
lima
|
6
|
genap
|
7
|
tujuh
|
8
|
dalapan
|
9
|
salapan
|
10
|
Sapuluh
|
11
|
Sabelas
|
12
|
Dua belas
|
…..
|
…..
|
20
|
Dua puluh
|
21
|
Dua hiji
|
22
|
Dua-dua
|
…
|
|
100
|
Saratus
|
101
|
Saratus hiji
|
…
|
…
|
200
|
Dua ratus
|
201
|
Dua ratus hiji
|
…
|
…
|
1.000
|
Sa-rebu
|
1.000.000
|
Sa-juta
|
…
|
…
|
1.000.000.000
|
Sa-miliar
|
…
|
…
|
1.000.000.000.000
|
Sa-triliun
|
…
|
…
|
1.000.000.000.000.000
|
Sa-biliun
|
BAHASA CIREBON
Keberagaman budaya dan
bahasa yang ada di Jawa Barat sempat diuji ketika Kongres Jawa Barat yang
ketiga diadakan. Tepatnya di Kota Bandung tanggal 28 Februari 1948, pada saat
tersebut salah satu perwakilan masyarakat Jawa Barat dari Suku Sunda yaitu
Bapak Soeria Kartalegawa yang juga ketua Parta Rakyat Pasundan (PRP)
mengusulkan agar pembicaraan dalam rapat badan perwakilan tersebut (Kongres
Jawa Barat) dibolehkan menggunakan Bahasa Sunda, namun kemudian usulan tersebut segera
disanggah oleh perwakilan masyarakt Jawa Barat lainnya dari Suku Cirebon yaitu
bapak Soekardi, bapak Soekardi menyatakan.
“Djika dibolehkan berbitjara
dalam bahasa Soenda, orang-orang yang ingin memakai bahasa daerah lainnya poen
haroes diizinkan, oempamanja bahasa daerah Tjirebon”.
Kemudian pada periode
sebelum tahun 1970-an Pemerintah memasukan Pelajaran Bahasa
Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) untuk wilayah Cirebon dan
Indramayu yang masih termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat dimana mayoritas
penduduknya menggunakan Bahasa Sunda, namun ternyata guru pengajar dan muridnya
tidak memahami kosakata yang digunakan tersebut hingga akhirnya memutuskan
untuk tidak mengajarkan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) di wilayah
Cirebon-Indramayu. Kekosongan pelajaran muatan lokal bahasa daerah ini kemudian
berusaha diisi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memasukan pelajaran
bahasa daerah Bahasa Sunda, oleh karenanya pada periode tahun 1970-an bahasa
daerah yang diajarkan di wilayah Cirebon - Indramayu adalah Bahasa
Sunda karena dianggap akan lebih
mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi,
ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk
menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa
Jawa dialek Cirebon[8], kemudian pada periode
tahun selanjutnya pengajaran Bahasa Cirebon ini mulai untuk diajarkan di
wilayah "Pakaleran
Majalengka" yaitu
wilayah utara kabupaten Majalengka yang mayoritas penduduknya merupakan
keturunan Prajurit Majapahit, pada wilayah Pakaleran ini kosakata Bahasa
Jawa diaek Banyumasan, Bahasa Jawa dialek Bumiayu serta Bahasa
Jawa dialek Tegal lebih terasa, contohnya pada
penyebutan kata "saya" yang menggunakan sebutan "Nyong" dan
bukannya "Ingsun" ataupun "Reang" seperti yang dituturkan
di wilayah Cirebon - Indramayu. Namun pengajaran bahasa daerah pada periode
tersebut belum memiliki payung hukum, karena Pemerintah Provinsi Jawa Barat
sebelumnya mengindikasikan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah tanah Sunda,
dengan mayoritas suku sunda yang bertutur bahasa sunda, baru setelah tahun 2003
dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Perlindugan dan Pengembangan Budaya dan Bahasa di Jawa Barat yang
mengakui adanya tiga suku asli jawa barat yaitu Sunda, Melayu-Betawi dan
Cirebon, pengajaran bahasa daerah non-sunda memiliki perlindungan payung
hukumnya, adapun pergerakan untuk menjadikan bahasa cirebon sebagai sebuah
bahasa yang mandiri yang terlepas dari Bahasa Jawa maupun Sunda dilakukan
dengan sebuah Metode yang disebut dengan "Metode Guiter" namun pada
perhitunganya metode tersebut baru mencatat sekitar 75% perbedaan antara Bahasa
Cirebon dengan Bahasa
Jawa dialek Solo / Yogya, sementara untuk diakui sebagai sebuah bahasa mandiri
diperlukan sedikitnya 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya[9]. namun secara nyata,
penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa daerah Cirebon dan Indramayu pada
periode tahun 2000-an sudah dilakukan dengan tidak menyebutkan Cirebon sebagai
sebuah dialek Bahasa Jawa dan hanya disebutkan "Bahasa Cirebon" dan
bukannya "Bahasa Jawa dialek Cirebon" seperti yang dilakukan pada
penerbitan "Kamus Bahasa Cirebon" oleh Almarhum Bapak TD Sudjana dan
kawan-kawan tahun 2001 dan "Wykarana - Tata Bahasa Cirebon" oleh
Bapak Salana tahun 2002.
PENDIDIKAN
PENGEMBANGAN BASAHA CIREBON
Pengembangan dan
Perlindungan Bahasa yang diamanatkan oleh Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
dalam kaitannya dengan pengembangan Bahasa Cirebon hanya terjadi disekitar
wilayah eks-karesidenan Cirebon yaitu (Kabupaten
Cirebon, Kota
Cirebon, Kabupaten Indramayu, sebagian wilayah Kabupaten Majalengka dan sebagian wilayah Kabupaten Kuningan) sementara wilayah
kabupaten lainnya yang juga didiami oleh Suku Cirebon seperti wilayah Kabupaten
Subang sebelah utara dan sebagian
wilayah Kabupaten Karawang di Pesisir Timur hingga
tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003)
diterbitkan belum juga mendapatkan pengajaran Bahasa Cirebon, adanya ketidakmerataan pengajaran
bahasa daerah di Jawa barat ini dikarenakan pemerintah memberikan hak sepenuhnya
kepada Pemerintah Daerah di setiap Kabupaten / Kota untuk menentukan sendiri
pengajaran bahasa daerah yang ada diwilayahnya.
BAHASA
MELAYU DIALEK BETAWI
Berbeda halnya dengan pendidikan
bahasa cirebon, pendidikan bahasa betawi di wilayah Provinsi Jawa Barat
mengalami hal yang lebih parah dari masalah yang dialami oleh bahasa cirebon,
pendidikan Bahasa Betawi hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa
Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan sama sekali belum dilakukan di wilayah yang
didiami oleh suku betawi yaituKota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, sebagian Kabupaten Bogor wilayah Utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang sebelah
barat, padahal penelitian tentang Bahasa Betawi telah cukup banyak dilakukan,
diantaranya :
A. K. Ikranegara
(1980). Melayu Betawi Grammar.
Linguistic
Studies in Indonesian and Languages in Indonesia 9.
Jakarta: NUSA.
Jakarta: NUSA.
B. S. Wallace
(1976). Linguistic and Social Dimensions of
Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation,
Cornell University.
Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation,
Cornell University.
C. Klarijn Loven
(2009). Watching Si Doel: Television, Language and
Cultural Identity in Contemporary Indonesia, 477 halaman,
ISBN-10: 90-6718-279-6. Penerbit: The KITLV/Royal Netherlands
Cultural Identity in Contemporary Indonesia, 477 halaman,
ISBN-10: 90-6718-279-6. Penerbit: The KITLV/Royal Netherlands
Institute of
Southeast Asian and Caribbean Studies at Leiden.
D. Lilie M.
Roosman (April 2006). Lilie Roosman: Phonetic
experiments on the word and sentence
prosody of Betawi Malay and Toba Batak, Penerbit: Universiteit
Leiden.
experiments on the word and sentence
prosody of Betawi Malay and Toba Batak, Penerbit: Universiteit
Leiden.
PENGEMBANGAN BAHASA BETAWI
Hingga tahun 2011 Pemerintah
Daerah yang wilayahnya didiami oleh Suku Betawi yaitu Kota
Depok, Kota
Bekasi, Kabupaten
Bekasi, Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Karawang masih belum mengadakan
pendidikan bahasa daerah Bahasa Melayu dialek Betawi dan hanya mengajarkan
pendidikan bahasa daerah Bahasa Sunda.
sumber : wikipedia
PROVINSI JAWA BARAT
DASAR HUKUM
Undang-Undang
RI-Yogya No.11 Tahun 1950, Tgl. 04-07-1950.
Range Alokasi Kode POS : 16 xxx - 17
xxx & 40 xxx - 46 xxx
Range Realita Kode POS : 16110 -
17730 & 40111 - 46475
IBUKOTA
: BANDUNG
Jumlah Kota :
+ Kabupaten : 27
Jumlah Kota :
9 Kabupaten : 18
Jumlah Kecamatan / Distrik : 621
Jumlah Desa + Kelurahan : 5.883 (Ket : Desa = Kampung = Pekon)
Jumlah Pulau : 131
Pulau yang sudah punya nama : 10
Pulau yang belum punya nama : 121
Luas Daratan : 35.377,76
km2 (BPS 2010)
Jumlah Penduduk : 43.021.826 (Sensus
2010)
sumber : wikipedia